Laman

Posted by Hafid Wicaksana

RODA PINTAR MATEMATIKA (Bangun Datar dan Bangun Ruang)

Bentuk Alat Peraga , Alat peraga ini berupa papan persegi panjang 95cmx80cm dengan tebal 5cm, terdiri dari 3 lapisan berupa lingkaran (diameter 55 cm), persegi panjang dengan rongga berupa lingkaran di bagian tengah (95cmx80cm) serta dipaku pada figura kayu (95cmx80cm) kemudian di sisi lain figura ditutup dengan melamin persegi panjang (95cmx80cm),dan di dalam rongga figura terdapat lampu untuk menerangi ruang di dalamnya.

Posted by Hafid Wicaksana

MENDIDIK MANUSIA WIRASWASTA MELALUI KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT

Kewiraswastaan merupakan suatu hal yang sangat ingin dilakukan oleh sebagian orang. Profesi ini mulai banyak digemari oleh orang-orang dari berbagi kalangan masyarakat. Hal ini sebagai batu loncatan atas kegagalan-kegagalan dalam mencari pekerjaan. Kewirausahaan merupakan suatu profesi mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain bahkan dikemudian hari ini bisa menciptakan suatu lapangan pekerjaan.

Slide Show

Kamis, 29 November 2012

AKAL DAN WAHYU

Allah SWT Sang Pencipta Alam dengan sifat kasih dan sayang-Nya menganugerahkan “hidayah” kepada semua makhluk-Nya dalam berbagai bentuk. Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar menyatakan bahwa hidayah yang diberikan Allah kepada semua makhluk-Nya itu dalam lima bentuk: hidayah al-wijdan atau hidayah al-ilham (instink,naluri), hidayah al-hawas (indera), hidayah al-‘aql (akal rasio), hiadayah al-wahyi (wahyu,agama), hidayah al-tawfiq atau al-ma’unah (pertolongan spontan dari Allah dan sesuai dengan kehendak Tuhan dan rencana manusia). Ada dua petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai hamba dan khalifah dimuka bumi, yakni hidayah al-‘aql dan hidayah al-wahyi. Hidayah al-‘aql (akal rasio) melekat pada diri manusia, sebagai potensi, sarana berfikir, memahami mengkaji serta merumuskan/memutuskan sesuatu untuk kesejahteraan hidupnya. Sedang hidayah al-wahyi dianugerahkan Allah kepada manusia melalui para nabi dan rasul-Nya memalui risalah mengenai hidup dan kehidupan manusia.

A. Pengertian Akal dan Wahyu
Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang memilki banyak makna. Dalam kamus Arab dijelaskan bahwa ‘aqala memilki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami), tadabbara wa tafakkara (merenung dan berfikir).
Kata al-‘aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memilki arti nurun ruhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, yakni cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh indera.
Al-aql juga diartikan dengan al-qabl (hati nurani atau hati sanubari). Sedangkan kata al-‘aqil sering digunakan untuk menyebutkan manusia, karena manusialah yang berakal. Makhluk manusia disebut ghair al-‘aqil (makhluk tak berakal). Namun ‘aqil digunakan bagi manusia dewasa-baligh, yakni orang yang telah mampu memahami apa yang telah menjadi kewajibannya, mampu membedakan yang haqq dan batil. Al-‘aqil sinonim dengan al-fahim (orang yang paham), al-hakim (orang yang bijaksana, ahlul hikmah), al-‘alim (orang yang berilmu, mengetahui).
Atas beberapa pengertian diatas yang dimaksud akal dalam pembahasan Studi Islam ini adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya yang dimiliki manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya.
Adapun kata wahyu berasa dari bahasa Arab al-wahyu yang memiliki arti suara, api, kecepatan. Al-wahyu juga sering diartikan bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.

B. Istilah Akal dan Wahyu dalam Al-Qur’an
Kata al-‘aqlu dalam bentuk kata benda (masdar) tidak terdapat al-Qur’an hanya memuat dalam bentuk kata kerjanya (fi’il )yaitu kata ‘aqaluh dalam 1 ayat, ta ‘qilun dalam 24 ayat, na’qil dalam 1 ayat, ya ’qiluha 1 ayat dan ya ‘qilun 22 ayat. Kata-kata itu dalam arti faham dan mengerti, sebagai contoh dapat disebut ayat-ayat berikut :

  أفتطمعون أن يؤمنوا لكم وقد كان فريق منهم يسمعون كلام الله ثم يحرفونه من بعد ما عقلوه وهم يعلمون

(Q:S.al-baqarah/2:75),

“Apakah kamu masih mengaharapkan supaya mereka percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminyadan mereka sebenanya mengetahui”

أفلم يسيروا في الأرض فتكون لهم قلوب يعقلون بها أو آذان يسمعون بها فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور

(Q:S.al-Hajj/22:46)

Dari beberapa ayat di atas mewakili kata kunci yang memiliki akar kata sama kata akal, menunjukkan beberapa makna sebagai berikut:
  1. Kata Akal dapat diartikan dengan memahami, mengerti, berfikir, memikirkan dan merenungkan.
  2. Dorongan dan bahkan keharusan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, pemahaman, perenungan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan.
  3. Martabat manusia ditentukan oleh penggunaan akal pikirannya dalam menghadapi sesuatu. Mereka yang tidak menggunakan akal dan hati nuraninya yang fitri tidak ubahnya seperti hewan saja, bahkan lebih sesat lagi.
  4. Akal merupakan kunci untuk mendapatkan pengetahuan, baik pengetahuan, yang bersumber dari fenomena penciptaan( al-ayat al-kauniyah) maupun yang bersumber dari fenomena wahyu (al-ayat al-qawliyah)
Kata-kata yang berhubungan dengan kata al-‘aql, seperti al-qalb, faqiha, tafaqqaha, tafakkara, tadabbara, tazakkara, ‘alima dan nazhara.
Kata wahyu dan tashrif (penisbahan)-nya dalam Al-qur’an muncul sebanyak 78 kali. Dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Wahyu dalam arti firman Allah yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya, yang berupa risalahatau kitab suci.
  2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allahkepada Nabi dan Rasul-Nya untuk mengantisipasi kondisi dan tantangan tugasnya.
  3. Wahyu dalam arti insthink atau nurani atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada makhluknya.
  4. Wahyu dalam arti pemberian ilmu dan hikmah.
  5. Wahyu dalam arti ilham atau petunjuk Allah kepada manusia dalam bentuk intuisi atau inspirasi dan bisikan hati.
C. Kedudukan dan Fungsi Akal dan Wahyu dalam Memahami Islam
Dorongan pengguanaan akal dalam Al-Qur’an dikemukakan cukup banyak, dengan penekanan bahwa penggunaan akal adalah merupakan barometer bagi keberadaan manusia. Untuk itulah Al-Qur’an memberikan tuntunan tentang penggunaan akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qolbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah fisik dan masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak. Oleh karenanya, dalam hubungan dengan upaya memahami Islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut:
  1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, di mana keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.
  2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
  3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat Al-Qur’an dan Sunnah untuk dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihad.
Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam memahami Islam:
  1. Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemahamn dan pengamalan Islam tanpa merujuk kepada Al-Qur’an dan al-Sunnah adalah omong kosong.
  2. Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan dapat berfungsi bila akal difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami Islam (wahyu) harus dibimbing oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidak boleh menyimpang dari prinsip-prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu.
D. Akal dan Wahyu : Prespektif Tujuan Penciptaan Manusia
Dalam kajian filosofis, subjek yang mencimta segala yang ada ( maujudat) di sebut tuhan, sementara segala yang ada sebagai objek penciptaan Nya di sebut alam. Alam merupakan Tanda – tanda tuhan . Al- qur’an sebagai firman tuhan menyebutkan : Akan kami tunjukkan Tanda – tanda kamidi jagat raya dan di dalam diri mereka sendiri (manusia) (QS Fushshilat (41):53). Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini. Manusia adalah makhluk dua dimensi. Disatu pihak dia terbuat dari tanah yang menjadikannya makhluk fisik, dan di pihak lain dia juga makhluk sepiritual karena, menurut Al- Qur’an (QS Al- Hijr (15):29,dan Shad (38): 72), telah ditiupkan ke dalamnya ruh dari Tuhan.

1. Manusia Sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam
Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam , maka seluruh isi alam adalah untuk manusia , ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan untuk buahnya.
Sedangkan dalam konteks puncak penciptaan alam , manusia secara biologis adalah makhluk yang paling lengkap dan paling canggih, dalam pengertian mengandung semua unsur yang ada dalam kosmos , mulai unsur – unsur mineral , tumbuh-tumbuhan , hewan hingga unsur-unsur khas manusia itu sendiri yang merupakan daya –dayanya yang istimewa.
Khusus tentang pengindraan , Ibn Sina , seorang pemikir islam klasik, memperkenalkan indra-indra batin di samping indra-indra lahir yang kita kenal :
Kebetulan ada lima, sehingga dapat disebut panca indra batin. Kelima indra batin itu adalah (1) indra bersama (2) daya retentif (3) daya imajinasi (4) daya estimatif (5) daya memori .

2. Tujuan Penciptaan Manusia
Dengan daya- daya yang dimilikinya sebagai puncak penciptaan alam, ternyata manusia, sebagaimana diinformasikan Al-Qur’an, di ciptakan dengan tujuan sebagai khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi(QS Al- Baqarah (2) :31).
Untuk menjelaskan fungsi khalifah ini , manusia diberi anugrah oleh tuhan dengan dua buah hadiah yang sangat istimewa , yaitu ilmu pengetahuan (‘ilm) dan kebebasan memilih (ikhtiyar) . Dan untuk menerima kedua hadiah itu , manusia telah dilengkapi di dalam dirinya sarana atau piranti , berupa akal, dan fasilitas lain diluar dirinya, berupa wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang dalam bentuk konkretnya di wakili oleh nabi muhammad s. a. w.

Download:
Peper Akal dan Wahyu



1 komentar: